KerajaanSriwijaya mencapai puncaknya di bawah Raja Balaputra pada tahun 850 M. Kerajaan Sriwijaya dapat dipandang sebagai penjelmaan negara kesatuan yang pertama, yaitu memenuhi syarat sebagai negara modern. Untuk menetapkan kekuasaan Kerajaan Singasari, Kertanegara memperluas daerah kekuasaannya dan menjalin kerjasama dengan raja-raja di
18 Daftar Bacaan. Kerajaan Sriwijaya - Kerajaan Sriwijaya muncuk tidak terlepas dari aktivitas perdagangan internasional yang terjadi antara Kepulauan Indonesia dengan wilayah lainnya termasuk dengan India dan Cina. Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara India dengan Kepulauan Nusantara sudah terjadi secara intens.
Denganwilayah kekuasaan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi Kerajaan Laut terbesar di Asia Tenggara. e. Sriwijaya sebagai Negara Maritim Berita tentang Kerajaan Sriwijaya berasal dari seorang musafir Cina bernama I-tsing (671 M). Berita lain berasal dari tahun 683 M dengan ditemukannya Prasasti Kedukan Bukit di Bukit Sigutang (dekat Palembang).
KerajaanSriwijaya (atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Kemunduranpengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat
PetaKekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Tokopedia â Promo Pengguna Baru â Cicilan 0% â Kurir Instan.
iy9c. Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar awal tahun masehi. Karena keadaan tersebut, mulai bermunculan pusat-pusat perdagangan pula di sekitar sana. Lambat laun, pusat-pusat perdagangan tersebut berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil di sekitar abad ke-7 masehi. Beberapa kerajaan kecil tersebut antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Di antara ketiga Kerajaan tersebut yang berhasil berkembang hingga masa kejayaannya adalah Sriwijaya. Sebetulnya, kerajaan Melayu juga sempat berkembang pesat di Jambi, namun berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada pula yang berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu, pendapat yang paling banyak didukung oleh para ahli sejarah adalah bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Ada juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan tidak memiliki sistem ketatanegaraan yang formal. Mereka lebih memilih untuk terus mengawasi kekuasaannya di laut dan tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat. Sehingga, pendapat tersebut menyatakan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden selalu berpindah-pindah dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang tetap. Namun hingga saat ini hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan menunjukkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang. Hanya saja, ketika pusat kerajaan tersebut mengalami kemunduran, pusat pemerintahan Sriwijaya pindah ke Jambi. Berikut adalah gambar peta lokasi kerajaan sriwijaya. Gambar peta lokasi letak geografis Kerajaan Kekuasaan Sriwijaya Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian besar pulau Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah luas bahkan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Saptika 2011, hlm. 33 yang mengatakan bahwa Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan. Selain itu terdapat pula beberapa prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, bahkan di mancanegara. Berikut adalah pemaparannya. Prasasti Kerajaan Sriwijaya Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan aksara palawa dalam bahasa Sanskerta. Sebagian prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut adalah sebagai berikut. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka 683 M. Isinya antara lain menerangkan bahwa seseorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci atau disebut dengan siddhayatra dengan menggunakan perahu. Disebutkan bahwa Ia berangkat dari Minangtamwan dengan membawa pasukan sejumlah personel. Gambar Prasasti Kedukan Bukit Utomo, 2010.Kemungkinan âMinangtamwanâ adalah âMinanga Tamwanâ yang berarti daerah yang terletak di antara dua sungai besar yang bertemu. Poerbatjaraka & Soekmono mengungkapkan bahwa Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya di pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Poerbatjaraka juga mengatakan bahwa kata Minangatamwan bisa jadi merupakan nama lama dari Minangkabau. Sementara itu, Buchari berpendapat bahwa Minanga berada di hulu Batang Kuantan. Prasasti Talang Tuo Diberi nama Prasasti Talang Tuo karena ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau setara dengan 684 masehi. Prasasti ini berhuruf Pallawa namun berbahasa Melayu Kuno. Prasasti Talang TuoIsinya menyebutkan mengenai pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra, atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayagana, untuk kemakmuran semua makhluk. Selain itu terdapat pula doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama Buddha. Prasasti Telaga Batu Prasasti ditemukan di kolam Telaga Biru tidak jauh dari Sabokingking, Kota Palembang. Prasasti ini tidak bertarikh atau tidak dituliskan angka tahun pembuatannya. Diperkirakan prasasti ini berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur, yakni sekitar 686 M. Prasasti Telaga Batu Utomo, 2010.Isinya mengenai kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak mengikuti peraturan Kerajaan atau perintah raja. Prasasti ini juga memuat data-data mengenai penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur Prasasti Kota Kapur ditemukan di desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka. Bertarikh berangka tahun 608 Saka 656 M. Coedes 2014, hlm. 65 menduga bahwa material batu prasasti ini didatangkan dari luar, karena jenis batunya tidak terdapat di Pulau Bangka. Prasasti Kota Kapur Kemdikbud, 2019Isi utamanya adalah permintaan kepada para Dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya. Prasasti ini juga berisi kutukan-kutukan terhadap mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk kepada raja atau tidak patuh terhadap Kerajaan akan celaka. Keterangan penting lain adalah terdapat catatan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan âbumi Jawaâ yang belum tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Jambi. Prasasti ini berangka tahun 608 saka atau setara dengan 686 masehi. Isinya kurang lebih mirip dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Biru, yakni kutukan bagi yang tidak tunduk kepada Sriwijaya. Gambar peninggalan kerjaan sriwijaya prasasti karang berahiSumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Luar Indonesia Selain prasasti yang ditemukan di Indonesia, beberapa prasasti yang lain juga ditemukan di luar Indonesia. Misalnya, Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda tidak berangka ditemukan di India Timur. Prasasti Tanjore India Prasasti Tanjaore ditemukan di India, dalam prasasti ini disebutkan bahwa pada tahun 1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi Sumatera; Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggramawijaya Tunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. Prasasti Srilanka Seeperti penamaannya, prasasti ini ditemukan di Srinlanka, dan diperkirakan berasal dari abad XII. Isinya menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura Sriwijaya. Pangeran Suryanarayana menundukkan Manabhramana. Berita Cina mengenai Sriwijaya Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya. Setelah berlayar selama 20 hari dari Guangzhou, I-Tsing tiba di Fo-tsi Sriwijaya pada tahun 651 M. Ia tinggal dan belajar di Sriwijaya selama enam bulan. Raja Sriwijaya membantunya untuk sampai ke Melayu dan I-Tsing tinggal di sana selama dua bulan. Sumber Cina yang lain menyebutkan pada tahun 1156 raja Srimaharaja mengirim utusan ke Cina, hal serupa juga terulang pada tahun 1178. Kronik Dinasti Sung Tahun 988 M, datang seorang utusan dari Fo-tsi Sriwijaya di Cina. Setelah tinggal selama dua tahun di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya diserang She-po. Maka, ia terpaksa tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar Cina. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya berkembang di antaranya adalah sebagai berikut. Letak geografis dari Kota Palembang. Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang dapat berfungsi sebagai pelindung, sehingga ideal untuk kegiatan pertahanan dan pemerintahan. Lokasi ini juga merupakan jalur perdagangan internasional terutama dari India dan Cina. Sungai besar, peran laut juga cocok untuk penduduknya yang telah memiliki bakat sebagai pelaut ulung. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam. Kamboja telah menaklukan Funan di Vietnam, sehingga memberikan kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. Sementara itu, keadaan politik dan pemerintahannya secara umum akan dijelaskan pada uraian di bawah ini. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya raja disebut sebagai Dapunta Hyang Prasasti Kedukan Bukit dan talang Tuo. Dapunta Hyang secara terus-menerus melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Berikut adalah runutan penguasaannya. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasiona. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M Prasasti Karang Berahi. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Semua penguasaan tersebut berdasarkan jalur perdagangan yang dianggap penting untuk mengembangkan perekonomian maritim Kerajaan Sriwijaya. Berkat perluasaan daerah tersebut, Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M Sriwijaya membangun pangkalan kerajaan di daerah Ligor atas perintah raja Darmasetra. Kehidupan Agama Sriwijaya Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya berhasil menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing dalam catatannya menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya. Salah satu pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang sengaja datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Antara tahun 1011-1023 sempat datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet yang bernama Atisa untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama meliputi Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau; Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang; Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan. Suatu ketika Raja Balaputra menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai âdharmaâ. Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Prasetya 2010, hlm. 32 yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar penganut agama Buddha yang telah mengembangkan iklim kondusif untuk perkembangan agama Budha. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya Awalnya, penduduk Sriwijaya kebanyakan hidup dengan bertani. Akan tetapi, karena lokasi Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi yang terhubung ke pantai, perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian, perdagangan akhirnya menjadi mata pencaharian pokok Sriwijaya. Perkembangan perdagangan itu tentunya dipicu oleh letak geografis Kerajaan Sriwijaya yang strategis. Letaknya tepat berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang berlayar menuju India akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Kerajaan ini juga mulai menguasai jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa hingga ke Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan internasional antara India dan Cina. Selain mendapatkan keuntungan langsung dari perdagangan, Sriwijaya juga mendapatkan keunggulan tidak langsungnya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat diharuskan untuk membayar pajak. Hal tersebut tentunya menambah kemakmuran bagi Kerajaan ini. Hasil budaya kerajaan Sriwijaya meliputi gading, kulit, beberapa jenis binatang liar untuk kepentingan ekspor. Sementara itu mereka cenderung banyak mengimpor beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Silsilah Kerajaan Sriwijaya Silsilah dinasti dan raja-raja dari kerajaan Sriwijaya secara berututan adalah sebagai berikut. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya, disebutkan dalam Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Raja menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara dalam masa pemerintahannya. Indravarman 702 MIndravarman sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 702-716 M, dan 724M. Rudra Vikraman / Lieou-t`eng-wei-kong 728 M Rudra Vikraman sempat mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 728-748M. Dharmasetu 790 M Sangramadhananjaya / Wisnu/ Vishnu 775 M Selamakepemimpinannya, Raja yang membawa Sriwijaya menaklukkan Kamboja Selatan. Samaratungga 792 MSriwijaya gagal mempertahankan kekuasaan di Kamboja Selatan pada tahun 802 M. Balaputra Sri Kaluhunan Balaputradewa 835MRaja yang membawa Kerajaan Sriwijaya ke masa keemasannya. Ia juga memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dan meninggalkan Prasasti Nalanda. Sri Udayadityawarman 960 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 960 M. Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 MMengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M. Hsiae-she 980 MSelama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 980-983 Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Saat Sriwijaya dibawah kekuasaannya, terjadi penyerangan dari Jawa. Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Selama kepemimpinannya sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1008 Sumatrabhumi 1017 M Pada masa kekuasaannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1017 Sri Sanggramawijayottunggawarman 1025 Sempat ditaklukan dan ditawan oleh Kerajaan Cola dari India, kemudian dilepaskan. Sri Deva 1028 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1028 M. Dharmavira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva 1178 M Pada masa kekuasaannya mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M. Pada tahun 1402 pangeran terakhir dari Kerajaan Sriwijaya, yakni Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai masa kejayaan atau zaman keemasan. Ia berhasil menumbuhkan perekonomian kerajaan ini dan memperluas kekuasaan Sriwijaya hingga ke pulau di luar Indonesia. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa merupakan seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kerajaan yang terlalu bergantung pada kehidupan perdagangan laut, sistem ketatanegaraan yang tidak tertata dengan baik, dan kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan akibat terlalu sibuk mengembangkan kelautan. Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya Kemdikbud, 2017, hlm. 109 meliputi Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan. Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi semakin sulit. Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan yang diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1017 M dan 1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan ekspedisi Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman Sriwijaya. Puncaknya keruntuhan kerajaan ini adalah pada tahun 1377, ketika armada laut dari Kerajaan Majapahit menyerang dan berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Referensi Coedes, George. 2014. Kedatuan Sriwijaya kajian sumber prasasti dan arkeologi pilihan artikel. Depok Komunitas Bambu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saptika. 2011. Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Jakarta Alfabeta.
Hai, Quipperian! Kamu pasti sudah pernah mendengar nama kerajaan terkenal satu ini. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Bahkan, pada masanya, Kerajaan ini menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Yuk, temukan informasi lebih dalam tentang kerajaan ini. Sebesar apa ya pengaruh kerajaan ini di masa lalu? Letâs check this out! Letak Kerajaan Sriwijaya Source Ada argumen tentang letak kerajaan. Pertama, diduga kerajaan ini terletak di Palembang. Ada pula yang menyebutkan bahwa kerajaan ini terletak di Jambi. Bisa jadi, karena corak kerajaan berupa kerajaan maritim, maka kerajaannya pun memiliki pusat kekuasaan yang berpindah-pindah. Akhirnya, lebih banyak diyakini bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di sekitar muara Sungai Musi, Sumatra Selatan. Lokasi ini sangat strategis, lho, karena merupakan daerah lintasan pelayaran serta perdagangan Asia Timur dan Asia Selatan. Letaknya ini membuat perdagangan berlangsung dengan ramai, hingga akhirnya menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Tokoh Berpengaruh di Kerajaan Sriwijaya Source Meskipun terletak di Sumatra, kerajaan ini berhubungan erat dengan Jawa karena relasi raja-raja yang berkuasa. Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Awalnya, sang raja sedang melakukan perjalanan suci yang disebut siddhayatra menggunakan perahu dengan membawa pasukan sebanyak hingga orang. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan kerajaan dari Sumatra hingga ke Semenanjung Malaysia. Pusat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sempat berpindah ke Mataram, Jawa Tengah, pada kekuasaan Raja Dharanindra. Lalu, terdapat Raja Samaratungga, yang belum diketahui secara pasti apakah ia merupakan anak atau cucu dari Dharanindra. Raja Samaratungga tidak menyukai perang dan berfokus pada pemerintahan kerajaan. Pembangunan Candi Borobudur diselesaikan oleh Raja Samaratungga, lho! Pada masa kepemimpinan raja kesepuluh, Raja Balaputradewa, kerajaan ini berhasil meraih kejayaannya. Ia membawa kerajaan meninggalkan hubungan dengan Jawa dan lebih memilih berfokus pada perdagangan di Melayu. Kita mengetahui bahwa kerajaan ini telah melaksanakan perdagangan internasional. Nah, dalam perdagangan tersebut, rakyat sudah mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa perdagangan saat itu, yakni bahasa Melayu Kuno. Kehidupan di Era Kerajaan Sriwijaya Source Kita mengetahui bahwa Kerajaan Sriwijaya menguasai dua selat di Nusantara. Nah, kerajaan ini juga mampu menciptakan kapal-kapal canggih pada masa itu hingga dapat menguasai perdagangan rempah-rempah dunia selama setengah abad, Quipperian. Dengan status internasionalnya, enggak heran, ada banyak sekali negara yang berhubungan dengan kerajaan ini, misalnya China, India, Burma, Kamboja, Persia, Arab, dan Afrika. Wah, keren ya! Yang pasti, kegiatan pelayaran dan perdagangan ini dijaga dengan ketat oleh kerajaan dengan menyusun angkatan laut kerajaan. Dalam rangka memperluas wilayahnya, kerjaan ini melancarkan serangan pada kerajaan-kerajaan lain, di antaranya Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga Holing. Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena serangan dari kerajaan lain, seperti Kerajaan Dharmawangsa, Kerajaan Colamandala, Kerajaan Melayu, dan Kerajaan Singosari. Kerajaan-kerajaan kecil yang awalnya ada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga mulai melepaskan diri, pun ditinggalkan oleh para pedagang. Puncaknya, di hancurkan oleh serangan dari Kerajaan Majapahit di tahun 1337. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Dengan luas wilayah kerajaan yang tidak main-main, tidak heran peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun tersebar sangat luas. Berikut beberapa peninggalan dari kerajaan ini 1. Prasasti Telaga Batu Source Prasasti ini berisikan dengan kutukan-kutukan bagi mereka yang menolak melakukan perintah dari raja, pengkhianat, hingga mata-mata dari kerajaan lain. 2. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti ini memiliki informasi tentang Raja Dapunta Hyang. 3. Prasasti Ligor Source Prasasti yang ditemukan di Thailand ini memiliki informasi tentang kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Ligor. 4. Prasasti Nalanda Prasasti yang ditemukan di India ini mencatat nama Raja Balaputradewa sebagai raja yang mendukung kegiatan pembelajaran agama Buddha di India. 5. Candi Muara Takus Source Candi yang dibangun oleh Raja Sri Culamaniwarman ini ialah sebagai bentuk hadiah dan kesetiaan pada Kekaisaran China yang dianggap sebagai pelindung Kerajaan Sriwijaya. Gimana, Quipperian? Apakah kamu masih punya pertanyaan yang belum terjawab tentang kerajaan ini? Temukan informasi lengkapnya di Quipper Video, ya. Kamu bisa belajar bareng pengajar profesional dengan rangkuman lengkap, video penjelasan, dan ribuan contoh soal! [spoiler title=SUMBER] Penulis Evita
- Penjelasan kejayaan dan keruntuhan yang pernah dialami terhadap Kerajaan Sriwijaya perlu diketahui secara utuh agar lebih memahami bagaimana sejarah salah satu kerajaan maritim di Indonesia Sriwijaya menjadi bukti bahwa agama Buddha pernah besar di Indonesia. Selain sebagai kerajaan penganut Buddha pertama di Nusantara, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengajaran ajaran yang dirintis oleh Sidharta Sriwijaya yang sudah berdiri sejak abad ke-7 Masehi merupakan salah satu kerajaan maritim di Indonesia. Sejarah Sriwijaya hingga penyebab keruntuhannya menjadi bagian penting dalam riwayat Nusantara. Sebenarnya, lokasi tepat Kerajaan ini masih menjadi perdebatan. Ada sejarawan yang meyakini lokasi Sriwijaya diduga terletak di Palembang, Sumatera. Namun menurut Van Bemmelen dalam De Geologische Geschiedenis, Sriwijaya dikatakan terletak di Jambi sekitar tepi teluk serta kota Palembang. Para sejarawan menduga, kerajaan ini berfokus pada sektor perdagangan laut di daerah Selat Malaka dan Selat Sunda. Munoz dalam Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula 2006, mengungkapkan, kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Raja pertama Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang dikenal dengan nama Sri Jayanasa pada 671 M hingga 728 M. Pendapat ini dikemukakan oleh I Tsing yang berasal dari China dan beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya, yakni Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Karang Brahi, dan Palas Pasemah. Armada maritimnya terkenal kuat dan wilayah kekuasaannya luas, namun perlahan runtuh karena beberapa sebab. Kerajaan Sriwijaya dapat dikatakan sebagai pusat kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan agama Buddha. Para biksu dari berbagai penjuru datang dan tinggal di kerajaan ini dalam waktu yang lama untuk mempelajari ajaran Buddha. Terkenalnya Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran ajaran Buddha tidak lepas dari peran Dharmakrti. Ia adalah biksu tertinggi di Kerajaan Sriwijaya yang memiliki pengetahuan luas tentang ajaran Buddha. Bahkan, Dharmakrti pernah menyusun kritik terhadap isi kitab juga Sejarah & Daftar Kerajaan-kerajaan Maritim Islam di Indonesia Benarkah Sejarah Kerajaan Sriwijaya Fiktif? Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Agama Buddha Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Pada masa kepemimpinan Balaputradewa sebagai raja kesepuluh, Sriwijaya mencapai titik kejayaannya. Akan tetapi, saat periode itu juga Sriwijaya kehilangan kekuasannya di Jawa, tercatat di Prasasti Nalanda yang ditemukan di India. Setelah itu, Kerajaan Medang dari Jawa menyerang Sriwijaya pada 990-an. Munoz 2006 menerangkan, serangan ini terjadi pada 988 hingga 992, tepat ketika Sri Cudamani Warmadewa memimpin. Akan tetapi, Sriwijaya berhasil memukul mundur musuhnya saat itu. Memasuki abad ke-11, Sriwijaya mendapatkan serangan lagi oleh pihak Kerajaan Chola dari India Selatan. Tepatnya, pada 1017 dan 1025, Raja Rajendra Chola I mengirim pasukan dan berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan Sriwijaya. Penyerangan ini terjadi ketika Sangrama-Vijayottunggawarman memimpin Sriwijaya. Secara perlahan, Chola berhasil mempengaruhi kekuasaan raja baru. Menurut Sastri K. A. N dalam The Cholas 1935, beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya yang telah ditaklukan boleh memerintah, namun tetap harus tunduk pada pihak Chola. Akibatnya, kekuatan Sriwijaya berkurang. Dalam tulisan Pengaruh Geohistori pada Kerajaan Sriwijaya, I Nyoman Bayu Pramartha menerangkan, Sriwijaya telah berusaha mendapatkan kembali pamornya sebagai penguasa Sumatera, namun tidak bisa seperti sebelumnya. Baca juga Sejarah Kerajaan Majapahit Kekuatan Militer dan Persenjataan Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak Penyebab dan Latar Belakang Sejarah Kerajaan Kristen di Indonesia Larantuka, Siau, dan Manado Selain diserang kerajaan lain, kondisi alam juga mempengaruhi runtuhnya Sriwijaya. Menurut Daljoeni dalam Geografi Kesejarahan II 1982, Sumatera adalah daerah dengan curah hujan tinggi melebihi kemampuan penguapan. Air meresap terlalu dalam hingga kesuburan tanah berkurang. Bahkan, terdapat juga air yang tidak terserap hingga membawa material daratan ke Sungai Musi, Palembang. Akibatnya, sungai menjadi dangkal dan daratan kurang produktif. Selain tidak bisa menghasilkan produk untuk konsumsi, Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai Musi. Jalan yang sebelumnya menjadi ladang emas terhambat hingga akhirnya berhenti. Turunnya kekuatan Sriwijaya dalam bertahan hidup lebih diperparah ketika masuknya Islam di Aceh. Pada abad ke-13, Kerajaan Samudera Pasai hadir di bagian Sumatera bagian utara dan menjadi pusat perdagangan. Menurut catatan Cina, Sriwijaya menyisakan kekuasaan di sekitar Palembang yang saat itu bernama Kerajaan Palembang. Kabar terakhir dari kerajaan ini ke pihak luar ketika mengirim utusan ke Cina pada 1374 dan 1375. Faktanya, kerajaan di Palembang ini akhirnya hancur pada 1377 karena diserang oleh Kerajaan juga Sejarah Perang Bubat Majapahit vs Sunda Penyebab, Lokasi, Dampak Sejarah Perang Paregreg Awal Runtuhnya Kerajaan Majapahit Sejarah Majapahit Struktur Pemerintahan & Pembagian Area Kerajaan Daftar Raja-Raja Sriwijaya Berikut daftar raja Kerajaan Sriwijaya dari Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M hingga Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1178 M Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Indrawarman 702 M Rudra Wikrama 728-742 M Sangramadhananjaya 775 M Dharanindra/Rakai Panangkaran 778 M Samaragrawira/Rakai Warak 782 M Dharmasetu 790 M Samaratungga/Rakai Garung 792 M Balaputradewa 856 M Sri Udayadityawarman 960 M Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 M Hsiae-she 980 M Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Malayagiri/Suwarnadwipa 990 M Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Sumatrabhumi 1017 M Sri Sanggramawijayottunggawarman 1025 Sri Dewa 1028 M Dharmawira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1178 M - Sosial Budaya Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Iswara N RadityaPenyelaras Ibnu Azis
- Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di nusantara yang berkembang antara abad ke-7 hingga ke-13. Lokasinya berada di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Bukti awal keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7, saat pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I-Tsing, menulis bahwa dirinya mengunjungi Sriwijaya pada tahun masa kejayaannya, Sriwijaya banyak memberi pengaruh di nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Kerajaan Sriwijaya juga sempat menguasai maritim dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh juga Prasasti Kedukan Bukit Sejarah, Isi, dan Artinya Latar belakang ekspansi wilayah Ketika Kerajaan Sriwijaya berdiri, wilayah kekuasaannya masih terbatas di sekitar Palembang saja. Pada abad ke-7, letak Palembang sama sekali tidak strategis dan kurang menguntungkan apabila dilihat dari lalu lintas perdagangan serta pelayaran. Negeri Sriwijaya hanya sering disinggahi oleh pendeta-pendeta Cina untuk urusan keagamaan Buddha. Sriwijaya memang menjadi pusat keagamaan, tetapi bila ditinjau dari segi ekonomi dan perdagangan, negeri ini ketinggalan jauh dari Malayu dan Kedah.
Jakarta - Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Nah, siswa sudah tahu sejarah tentang berdirinya kerajaan sriwijaya hingga masa keruntuhannya belum?Mengutip dari buku yang bertajuk Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia karya Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Perlu diketahui bahwa kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Jawa, sebab relasi raja-rajanya berasal dari Buddha ini bahkan sempat menjadi simbol kebesaran Sumatra pada masa lampau. Kebesarannya disebut-sebut dapat mengimbangi Kerajaan Majapahit di Berdirinya Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Kedukan Bukit 682 Masehi menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo 684 Masehi memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Prasasti Kedukan Bukit juga menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi prasasti Kota 686 M di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja ini terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing Kalingga di Jawa Tengah yang bisa saja terjadi karena serangan yang dilancarkan oleh Letak Kerajaan SriwijayaLetak pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di dengan saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat para ahli ada yang menyimpulakan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Sri Indrawarman- Raja Dharanindra- Raja Samaratungga- Rakai Pikatan- Balaputradewa- Sri Udayadityawarman- Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa- Sri Marawijayatunggawarman- Sri Sanggramawijayatunggawarman4. Masa Kejayaan Kerajaan SriwijayaRaja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan dengan melawan Kerajaan Cola India pada tahun 1017 hingga 1025 Raja Sri Sanggramawijaya berhasil masa kekuasaan Balaputradewa sampai dengan Sri Marawijaya, Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan Cina. Selain itu, seperti yang dilansir dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, mereka berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, Thailand menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat. Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak. Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang Runtuhnya Kerajaan SriwijayaKebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja Sriwijaya dari buku Sejarah karya Nana Supriatna, kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara. Melalui Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil menjalin hubungan baik dengan Kerajaan itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari itulah 5 fakta sejarah Kerajaan Sriwijaya yang wajib dipahami siswa. Semoga bermanfaat ya! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] rah/pay
peta pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya